Ihram adalah pengorbanan. Bertolak dari kisah Nabi Adam a.s. dikaruniai beberapa putra-putri kembar. Qabil kembar dengan Iqlima Dan Habil kembar dengan Labuda. Bagi manusia ‘angkatan pertama’, syariat (pernikahan) ketika itu mengatur bahwa Qabil dipasangkan dengan Labuda dan Habil dipasangkan dengan Iqlima. Qabil menolak aturan ini dikarenakan Labuda kalah cantik dengan Iqlima.
Sebagai jalan keluarnya, dimintalah keduannya berkurban kepada Allah. Qabil yang berprofesi sebagai petani mengurbankan hasil-hasil pertaniannya yang sudah layu dan tidak layak buat dimakan. Dan sedangkan Habil yang berprofesi sebagai peternak mengurbankan domba terbaiknya yang gemuk, sehat dan bagus.
Kedua bersaudara itu antara Qabil dan Habil ikhlas mengurbankan kurbannya kepada Allah, dari pengurbanan keduanya Allah pasti menerima kurban dari Habil. Dengan diterimanya kurban dari Habil maka susunan pasangan calon pengantin tetap seperti yang disyariatkan.
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan, jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu punya Allah semuanya , dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Qs Al-Baqarah [2]: 165).
Sesungguhnya, cukup mudah untuk menunjukkan cinta kepada Allah lakukanlah semua perintah Allah dan Rasul-Nya, sekaligus tinggalkanlah segenap larangan Allah dan Rasul-Nya. Demikianlah sikap orang yang beriman, yaitu lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya. terlebih ketika kita sedang ber-ihram.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan, barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesunggulah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Qs Al-Ahzab [33]: 36).